Kabar Latuharhary

Perlu Gerakan Global dan Lokal atasi Intoleransi

Gerakan intoleransi yang menunjukkan gejala meningkat dan meluas di Indonesia, ternyata juga terjadi di negara-negara lain di berbagai kawasan. 

Dengan demikian, perlu adanya tindakan yang sifatnya regional dan global, selain meningkatkan gerakan masyarakat di akar rumput untuk memupuk dan mengembangkan sikap dan tindakan yang toleran.

Demikian salah satu kesimpulan diskusi tentang "Toleransi, HAM dan Gerakan Akar Rumput" yang diadakan di Gedung Komnas HAM pada Senin (17/12).

Menurut Ichal Supriadi dari Asia Democracy Network, tindakan intoleransi terjadi diantaranya di India, Bangladesh dan Myanmar, dalam bentuk dan korban yang bervariasi dari kalangan minoritas. "Sayangnya, sampai saat ini belum ada gerakan yang terintegrasi dalam menangani intoleransi," ujarnya.

Sedangkan Allisa Wahid dari Jaringan Gusdurian (JG) memaparkan tentang aktivitas JG yang memupuk dan merekatkan soliditas dan kohesi sosial di akar rumput. "Kami menggunakan berbagai media, yaitu film maupun kegiatan yang bisa meleburkan sekat-sekat perbedaan," ujar Allisa yang pada 10 Desember 2018 yang lalu memperoleh penghargaan Asia Democracy and Huma n Rights Award dari Presiden Taiwan atas aktivitas JG di Indonesia.

Sementara itu, Beka Ulung Hapsara dari Komnas HAM menyampaikan bahwa intoleransi yang marak pada saat ini adalah buah dari pembiaran atas berbagai kelompok dan organisasi intoleran sejak beberapa tahun terakhir.

Terkait dengan faktor yang memicu terjadinya tindakan intoleransi, Komnas HAM mendorong peran aktif pemerintah pusat untuk mengatasi munculnya kebijakan daerah yang intoleran dan diskriminatif. "Urusan agama dan keyakinan menjadi domain pemerintah pusat, jangan diserahkan ke daerah," tegasnya.

Selain mereka bertiga, pembicara lain adalah Sa'diyah Maruf, komedian yang juga aktif mengampayekan gerakan toleran melalui media populer.

Diskusi dibuka oleh Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dan dimoderatori oleh Moh. Nurkhoiron. Puluhan peserta dari berbagai organisasi memenuhi ruang diskusi yang berlangsung dari pagi hingga siang. (MDH)

Short link