Latuharhary- Komisioner
Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara menegaskan usaha
Komnas HAM dalam mempromosikan dan menyebarluaskan HAM. Hal tersebut
disampaikan dalam sambutan pembuka kegiatan Workshop dan Konsinyasi Penyusunan Buku Panduan Penilaian Sekolah
Ramah HAM yang dilaksanakan di Hotel Savero Depok, Jawa Barat, Selasa
(23/07/2019).
“Saat ini
kita berada pada era pertarungan nilai, gagasan dan paradigma yang sedang
mengemuka yang menjadi fenomena dalam kehidupan bermasyarakat. Program Sekolah
Ramah HAM merupakan salah satu jawaban dari Komnas HAM untuk mempromosikan dan
menyebarluaskan HAM,” paparnya.
Pada konteks
ini, lanjut Beka, promosi dan penyebarluasan HAM yaitu dengan melihat kebutuhan
sekolah yang diharapkan dapat memanusiakan manusia dan bisa menempatkan harkat
dan martabat peserta didik dan pendidik sebagai manusia.
Lebih
lanjut, Beka menyebutkan bahwa saat ini masih banyak pengaduan di media sosial
mengenai sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar namun justru masih
banyak terjadi diskriminasi. “Sekolah
yang sejatinya menjadi tempat belajar untuk menjadi manusia seutuhnya, justru
masih banyak terjadi diskriminasi. Diskriminasi yang terjadi tidak hanya pada
aspek SARA saja, namun sudah sampai pada masalah keadilan dan ekonomi. Contohnya
banyak terjadi kasus si miskin di sekolah menjadi korban bullying karena tidak pernah dijemput menggunakan mobil. Hal ini
tentu saja harus menjadi perhatian Komnas HAM melalui program Sekolah Ramah
HAM,” tegasnya. Perlu
disampaikan bahwa sejak tahun 2015, Komnas HAM telah melaksanakan
mandatnya melalui program Sekolah Ramah HAM: Pilot Project Penerapan Nilai-Nilai HAM dalam Dunia Pendidikan.
Telah disusun pula draf indikator dan instrumen penilaian Sekolah Ramah HAM
yang telah dikerjakan sejak awal tahun 2017 yang akan menjadi alat ukur sekolah
yang memenuhi kriteria sebagai pilot
project dan role model Sekolah
Ramah HAM. Dalam
kesempatan kali ini, Beka juga menyampaikan harapannya dalam penyusunan draf
indikator dan instrumen penilaian Sekolah Ramah HAM yang tengah dikerjakan.
“Dalam penyusunan draf indikator dan instrumen penilaian harus mampu memotret
semua aspek HAM di sekolah, termasuk sampai pada fasilitas untuk disabilitas.
Dapat dirumuskan indikator-indikator yang tidak hanya aplikatif tapi juga
substanstif yang mampu menjawab tantangan zaman dan mampu mengarahkan untuk kedepan
akan seperti apa pendidikan yang ramah HAM,” pungkasnya. (Tari/Ibn)
Short link