Kabar Latuharhary

Merawat Toleransi Mulai dari Diri Sendiri

Kabar Latuharhary - Sebagian dari kita mungkin merasa sudah mempunyai sikap toleran, akan tetapi ternyata belum sepenuhnya seperti itu. Mungkin juga selama ini kita merasa sudah menghormati satu sama lain, baik dari agama, suku, kelompok, gender, dan lain sebagainya. Namun ternyata banyak pula hal yang masih belum kita ketahui.

Kepala Biro Dukungan Pemajuan HAM, Andante Widi Arundhati mengungkapkan hal itu saat membuka Bincang Santai bersama Penyuluh Komnas HAM Seri 2 bertajuk “Sudah Tolerankah Kita?”, Rabu (08/07/2020). Kegiatan yang diikuti lebih kurang 75 (tujuh puluh lima) pegawai Komnas HAM ini dipandu oleh staf Komnas HAM, Feri Lubis.

Pada kesempatan ini, dua penyuluh HAM Kurniasari Novita Dewi bersama Banu Abdillah memfasilitasi diskusi yang dilaksanakan secara daring tersebut. Banu di awal paparannya menyampaikan bahwa dalam diskusi akan diterapkan prinsip partisipasi dengan melakukan komunikasi dua arah antara fasilitator dan peserta. Banu menampilkan 3 (tiga) video yang menggambarkan intoleransi dan diskriminasi kemudian meminta tanggapan dari peserta terkait video tersebut.

Para peserta antusias untuk menyampaikan tanggapannya, salah satunya Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Maluku, Benediktus Sarkol. Beni, sapaan akrabnya menyampaikan pandangannya bahwa manusia dilahirkan dengan segala kekurangan dan kelebihannya, namun hal tersebut bukan menjadi alasan untuk menilai seserorang dari penampilan fisiknya. Seseorang harus melihat orang laindengan memperhatikan nilai-nilai universal.

“Pada dasarnya apabila seseorang merasa dirinya adalah makhluk sosial, maka akan muncul rasabahwa orang lain adalah bagian darinya.Di dalam interaksinya, pada kondisi dan situasi apapun akan muncul toleransi dan keinginan untuk saling membantu,” imbuh Beni.

Diskusi dilanjutkan oleh Kurniasari Novita Dewi dengan menyampaikan definisi toleransi, deklarasi PBB tentang prinsip-prinsip toleransi, instrumen nasional dan internasional, toleransi di masa pandemi Covid-19, serta hal apa saja yang telah dilakukan oleh Komnas HAM pada isu toleransi. Upik, sapaan akrabnya menegaskan bahwa toleransi tidak diberikan kepada ketidakadilan dan sesuatu yang melanggar hak asasi manusia. Selain itu, toleransi juga tidak berarti melemahnya keyakinan seseorang.

“Sekarang banyak yang men-stigma kalau anda toleran, berarti anda tidak beriman. Contohnya seorang muslim yang mengucapkan selamat natal kepada rekannya kemudian dianggap tidak beriman. Intoleransi juga tidak hanya dalam hal beragama, namun dalam banyak hal. Intoleransi bahkan bisa mengarah ke diskriminasi. Di masa pandemi Covid-19 ini salah satu contohnya yaitu pada jenazah yang ditolak oleh masyarakat,” jelas Upik.

Sama seperti Bincang Santai Seri 1 yang telah dilaksanakan Juni lalu, di akhir diskusi diadakan quiz dan evaluasi secara online. Quiz dilaksanakan dengan peserta diminta untuk mengisi TTS (Teka Teki Silang) dan menyampaikan jawabannya melalui vitur chat.Hasil dari evaluasi yang dilaksanakan salah satunya yaitu usulan topik untuk Bincang Santai selanjutnya. Beberapa usulan topik yang disampaikan oleh peserta antara lain isu gender, disabilitas, lansia, pelanggaran ham yang berat, pengungsi dan pencari suaka, serta PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru).

Diskusi kemudian ditutup oleh Plt. Kepala Bagian Dukungan Penyuluhan, Rima P. Salim. Rima menyampaikan apresiasi kepada seluruh fasilitator juga peserta yang antusias mengikuti diskusi dan berharap setelah mengikuti diskusi ini semuanya mampu untuk lebih memanusiakan manusia lainnya. Diskusi seperti ini akan terus dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi kalangan internal Komnas HAM khususnya dalam mendukung penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM di Indonesia. Kegiatan juga akan tetap dikemas dengan suasana yang santai sehingga diskusi akan menjadi lebih menarik. (Utari/Ibn/RPS)

Short link