Kabar Latuharhary

Masyarakat Adat, Menjaga Rimba Mencegah Bencana

Kabar Latuharhary – Hutan merupakan salah satu urat nadi kehidupan bagi manusia yang harus dijaga kelestariannya. Bagi masyarakat adat, filosofi hutan juga sangatlah penting dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hutan telah menopang kehidupan sehari-hari dan menjadi salah satu kekayaan penting untuk menjamin kesejahteraan hidup mereka. Namun, sebagian orang terkadang justru sering mengingkari keberadaannya.

Kondisi tersebut yang menjadi fokus buku “Menjaga Rimba Terakhir” karya Mardiah Chamim. Dalam acara Launching yang diadakan oleh Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, hadir Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komnas HAM RI, Sandrayati Moniaga sebagai penanggap atas buku tersebut, Rabu, (28/10/2020). Sandra memberikan beberapa poin catatan penilaian dan apresiasi terhadap buku tersebut.

“Pertama, buku ini luar biasa karena dapat menjadi satu inspirasi model evaluasi dari sebuah lembaga. Bagaimana perjalanan panjang satu lembaga bisa dievaluasi, kemudian bisa dibungkus secara cantik dan menarik, enak dibaca, menambah wawasan, dan menyentuh hati. Saya mengapresiasi penulis dan tim, banyak informasi-informasi baru yang saya dapat dari buku ini. Penggunaan banyak foto serta infografis dalam buku ini juga sangat membantu”, ungkap Sandra.

Selain itu, Sandra juga mengemukakan terkait poin penting keberadaan hutan dan ironi nya bagi masyarakat adat. “Kedua, buku ini dapat menjadi bahan kampanye kehidupan. Bagaimana kondisi orang rimba, serta persoalan yang masih mereka hadapi dengan beberapa ide dan solusinya. Saya lihat dalam buku ini, secara keseluruhan belum banyak jalan tengah untuk orang rimba yang di luar taman nasional. Ini suatu realitas, untuk wilayah dan daerah-daerah konservasi di luar kawasan hutan. Ketika masyarakat adat itu berhadapan dengan korporasi yang sangat besar, ternyata tidak mudah, walaupun Warsi juga sudah sangat berusaha, tetapi memang berat. Ini kelihatan memang suatu tantangan kedepan dan merupakan pekerjaan rumah bagi kita bersama”, terang Sandra.

Sang penulis, Mardiah Chamim menyampaikan bahwa dua tahun proses menjelajah hutan di Jambi merupakan sebuah perjalanan yang membuka mata, cakrawala dan ironi yang terjadi di lapangan. Masyarakat adat yang berjibaku setiap hari, menjaga hutan rimba kerap kali justru menjadi pihak yang terpinggirkan bahkan dari rumahnya sendiri.



“Dunia ini kemungkinan akan menghadapi bencana katastropi yang luar biasa dan satu-satu nya yang dapat mencegah kita dari bencana tersebut adalah masyarakat yang sungguh-sungguh menjaga hutan. Merekalah yang betul-betul menjaga hutan rimba kita dan menjadi benteng dari bencana katastropi tersebut. Sebagian orang sering menyebut masyarakat adat sebagai terbelakang, padahal sesungguhnya merekalah yang menyelamatkan kita dari bencana katastropi. Sekarang tugas kita bagaimana caranya agar jangan sampai menjadi rimba terakhir yang sesungguhnya. Bagaimana kita bersama menjaga hutan yang masih ada dan tersisa dengan sebaik-baiknya”, tegas Mardiah. (Niken/Ibn)
Short link