Pendidikan dan Penyuluhan

Dialog Perdamaian di SMK Perguruan "Cikini"

SMK Perguruan “Cikini” Jakarta sebagai salah satu sekolah alumni Pendidikan HAM Komnas HAM pada tanggal 16 Desember 2017 mengadakan dialog interaktif bertajuk “Pemuda sebagai Agen Perdamaian (Sebuah Upaya Penyadaran dan Pemberdayaan)”. Kegiatan diinisiasi siswa-siswa SMK yang tergabung dalam Civics Club. Acara dilaksanakan di Aula SMK Perguruan Cikini Plumpang, Jakarta Utara. 


Hadir sebagai narasumber dan fasilitator dalam acara tersebut adalah Mohammad Miqdad seorang fasilitator perdamaian berbagai konflik di Indonesia (PROSEVEN – Kementerian Desa dan PDT), Adoniati Meyria dan Adrianus Abiyoga (Komnas HAM).


Acara dialog interaktif yang diikuti oleh 50 siswa anggota Civics Club SMK Perguruan Cikini tersebut bukan hanya dilakukan dengan diskusi antara peserta dengan narasumber namun juga game-game yang sarat nilai-nilai keberagaman dan perdamaian. Tujuan dari acara dialog interaktif ini adalah sebagai wahana penyadaran dan pemberdayaan. Sebagai wahana penyadaran untuk membuka ruang kesadaran para siswa bahwa masing-masing diri mereka dikarunai oleh Tuhan Yang Maha Esa segala perbedaan dan keunikan masing-masing, juga hasrat untuk hidup damai. Adapun sebagai wahana pemberdayaan berarti memberdayakan diri peserta sendiri mengenai nilai-nilai perdamaian dan menjadi agen perdamaian bagi insan-insan di lingkungan terdekatnya.


Pada saat membuka acara dialog interaktif ini, Kepala SMK Perguruan “Cikini”, Rifat, M.Pd., mengemukakan kebanggaannya terhadap inisiatif dan semangat anak-anak anggota Civics Club. Beliau berpesan bahwa semangat seperti itulah yang sangat diperlukan untuk membangun negara Indonesia. Selain itu, Drs. Susiyanto selaku Direktur Dikdasmen Yayasan Perguruan “Cikini”, berpesan bahwa upaya perdamaian bisa dilakukan melalui hal-hal yang sederhana di sekitar kehidupan kita.


Kegiatan dilakukan dalam rangka menyikapi fenomena bullying/perundungan di lingkungan pendidikan dan bagaimana peran siswa sendiri sebagai agen perdamaian menyikapi fenomena tersebut. Para siswa anggota Civics Club yang menjadi peserta dialog interaktif begitu antusias.


Mereka secara aktif dan kritis berbicara bukan hanya tentang bullying dari sudut pandang korban dan pelaku, tetapi juga keberagaman yang ada di sekolah, hingga bagaimana menurut mereka menjadi agen perdamaian dari lingkungan sekolah. Hal ini tidak lepas dari kemampuan narasumber dan fasilitator dalam menyajikan materi secara santai melalui berbagai game interaktif, namun tetap sarat makna. (Tri Handito)

Short link