Kabar Latuharhary

Komnas HAM Kunjungi Keluarga Korban Meninggal Peristiwa 21-22 Mei 2019

Latuharhary  – Tim Komnas HAM melakukan penelusuran bukti atas peristiwa 21-22 Mei 2019, antara lain dengan mendatangi kediaman anak-anak korban meninggal yang diduga akibat peluru tajam, di Jakarta, pada Rabu (29/5/2019).

 

Perlu disampaikan bahwa kunjungan Tim Komnas HAM ini dipimpin langsung Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik. Kunjungan pertama adalah ke kediaman keluarga M. Harun Al Rasyid (15 tahun). Tim Komnas HAM ditemui langsung Didin Wahyudin, ayah korban yang menceritakan kronologi meninggalnya anak tersebut. Sementara untuk korban M. Reyhan Fajari (16 tahun), Taufan juga ditemui langsung oleh ayah korban.

 

Pada keluarga korban, Taufan menyampaikan keprihatinannya. “Atas nama Komnas HAM, kami menyampaikan bela sungkawa atas peristiwa yang terjadi. Apabila mendapat informasi terkait peristiwa ini, silahkan Bapak dan keluarga menghubungi kantor Komnas HAM,”kata Taufan kepada keluarga korban.

 

Taufan menjelaskan bahwa saat ini Komnas HAM tengah bekerja mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan guna mencari pelaku atau dalang sebenarnya pada peristiwa 21-22 Mei 2019 lalu. 

 

“Kita sekarang masih tetap menelusuri, memang tidak mudah mencari bukti-bukti sampai nanti ditemukan pelakunya siapa. Jenis pelurunya sudah ditemukan. Kebetulan untuk mendiang Harun pelurunya memang tertinggal di tubuh korban sedangkan korban yang lain, peluru menembus badan,” ujar Taufan.

 

Taufan menjelaskan bahwa sebelumnya pihaknya telah mendapatkan informasi dari pihak Kepolisian bahwa pihak penyelidik mengalami kesulitan dalam melakukan pelacakan. “Hal ini lantaran keterangan dari pihak keluarga korban belum dapat diperoleh sehingga mereka belum mendapatkan paparan kronologi di tempat kejadian perkara (TKP), masih belum jelas. Kejadian di TKP memang seharusnya diperinci,” ungkap Taufan.

 

Perlu disampaikan bahwa peristiwa 21-22 Mei 2019 yang telah mengakibatkan tewasnya dua orang anak itu telah menjadi perhatian Komnas HAM. Komnas HAM juga telah mendorong pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan secara komprehensif.

 

“Komnas HAM dalam posisi mendampingi dan memastikan bahwa proses penyelidikan dilakukan dengan benar. Polisi yang akan melakukan semua prosesnya karena Komnas HAM tidak mempunyai kewenangan melakukan pengujian peluru. Kendati demikian kita dapat memanggil pihak kepolisian untuk mempertanyakan sejumlah hal. Rencananya, kita memang akan memanggil pihak Puslabfor," ungkap Taufan.

 

Kronologi Penembakan

 

Didin Wahyudin, Ayah M. Harun Al Rasyid, menceritakan bahwa pada Rabu (21/5/2019), sepulang sekolah, korban mengajak keponakannya membuat layang-layang. Sejak saat itu, korban tidak terlihat lagi. Menurut keponakan korban, almarhum terakhir kali terlihat pergi bersama temannya menggunakan sepeda motor. Ketika waktu berbuka puasa tiba, keberadaan Harun tidak diketahui. Keluarganya pun menganggap Harun sedang menginap di rumah temannya. Esok harinya, korban belum juga terlihat. Barulah orangtuanya pergi mencari ke rumah teman-temannya. Namun, kabar Harun tetap tidak menemui kejelasan.

 

“Akhirnya saya share fotonya di WhatsApp. Nggak lama ada yang ngabarin, coba lihat di Rumah Sakit Dharmais, ada anak jadi korban tembak polisi dan diserahkan fotonya, saya lihat mirip Harun,”ucap Didin.

 

Tidak lama kemudian, tim relawan medis mendatangi rumah keluarga korban dengan membawa foto almarhum. Relawan memutar video korban yang sedang ditangani dalam ambulan. Didin mengenali sosok anaknya dari celana pendek kotak-kotak hitam yang digunakannya sebelum pergi dari rumah. Relawan tersebut mengaku menemukan korban tergeletak di jalan dan dibawa ke ambulan di kawasan Slipi.

 

Tim Komnas HAM juga melakukan kunjungan ke kediaman korban M. Reyhan Fajari (16 tahun). Ayah almarhum menceritakan kejadian malang yang menimpa anaknya. Reyhan, menurutnya, sedang kerja bakti di masjid bersama teman-temannya pada 21 Mei 2019. 

 

Dini hari sehabis sahur, menurutnya, Reyhan membuang sampah ke tempat pembuangan sampah terdekat. Korban melihat banyak warga sedang berkumpul dan beredar informasi bahwa di Tanah Abang sedang ramai karena ada masjid yang diserang.

 

Penasaran ingin melihat, Reyhan bersama teman-temannya pergi ke lokasi. Melihat kondisi yang tidak kondusif, korban pulang menuju masjid dan saat itulah terjadi penembakan.  (SP/IW/ENS)

 

 

Short link