Kabar Latuharhary

Melaung HAM, Mengingat Kembali Pelanggaran HAM Masa Lalu

Kabar Latuharhary - Komnnas HAM bersama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) dalam rangka peringatan hari HAM Internasional meyelenggarakan rangkaian kegiatan yang bertemakan “Melaung Hak Asasi Manusia bersama Sivitas Akademika UNS” pada 26-27 November 2019 di FISIP UNS Solo.

Memperingati hari HAM Internasional  merupakan upaya untuk terus menjaga dan merawat nilai-nilai Hak Asasi Manusia agar tetap dihormati dan dilindungi oleh siapapun, terutama oleh negara. Selain itu kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mendukung penguatan, pemajuan, dan penegakan HAM melalui kegiatan tri dharma perguruan tinggi. 

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari seminar publik dengan metode talkshow, paralel workshop, pameran foto, pentas musik dan napak tilas reformasi 1998. Dari ruang-ruang pertemuan yang dilaksanakan diharapkan akan terjadi peningkatan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya inklusi sosial dalam pembangunan bagi civitas kampus. Selain itu kegiatan ini juga menjadi ajang pertukaran pengetahuan dan pembelajaran antar generasi yang semakin menumbuhkan kesadaran untuk memperkuat penuntasan pelanggaran HAM. 

Reformasi 1998 menjadi fokus yang akan dibahas dalam serangkaian kegiatan Melaung Hak Asasi Manusia bersama Sivitas Akademika UNS. Reformasi 1998 memunculkan harapan besar bagi masyarakat akan adanya koreksi atas berbagai kekerasan dan pelanggaran HAM di masa lalu. 

Rangkaian kegiatan Melaung Hak Asasi Manusia bersama Sivitas Akademika UNS dibuka langsung oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNS Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, ST., MT. Dalam sambutan pembukaannya ia mengingatkan bahwa Bangsa yang besar adalah Bangsa yang mau belajar dari masa lalu.

Sedangkan dalam sambutan pembukaan rangkaian kegiatan Melaung Hak Asasi Manusia bersama Sivitas Akademika UNS, Koordinator Sub Komisi Pemajuan HAM Beka Ulung Hapsara menyampaikan bahwa melalui acara ini anak muda diajak untuk mengingat sejarah dan merawat ingatan untuk meningkatkan harapan untuk keadilan. 

“Acara seperti ini merupakan yang pertama kali dilakukan. Kita semua, terutama para anak muda diajak untuk mengingat sejarah. Bukan hanya sejarah tentang toleransi yang ada, namun juga sejarah tentang pelanggaran HAM yang berat di masa lalu. Kegiatan ini sangat bagus untuk meneruskan ingatan soal itu. Tidak hanya untuk merawat ingatan, akan tetapi meningkatkan harapan untuk keadilan,” ungkapnya.

Tak hanya Beka, Direktur Eksekutif IKa, Anik Wusari menyampaikan hal yang sama bahwa kehadirannya di Solo untuk mengemas kegiatan sedemikian rupa merupakan usaha untuk merawat ingatan. “Kehadiran kami dengan kegiatan ini merupakan salah satu usaha kami untuk merawat ingatan kita semua dengan kejadian yang terjadi di masa lalu juga untuk meneruskan perjuangan tongkat estafet kemanusiaan dalam hal penegakan HAM,” tegasnya.

Ia juga mengajak semua anak muda UNS untuk memberikan penghormatan tertinggi kepada para korban pelanggaran HAM yang berat di masa lalu atas kegigihannya untuk tidak menyerah dan terus berjuang. (Utari)

Short link